Langkah Pertama memahami dulu bahwa suatu demo bermakna sebagai penyampaian atau mempertunjukkan sesuatu kepada orang lain, sehingga orang lain itu minimal dapat memahami apa yang disampaikan itu. Demo atau demonstration digunakan untuk menjelaskan sebarang penyampaian apa saja. Konsep ini bisa digunakan misalnya bagi ibu-ibu yang akan mempertunjukkan bagaimana cara memasak; mahasiswa mempertunjukkan teknis menanam jagung bibit unggul secara tepat dan benar. Dan lain sebagainya. Nah, mengapa istilah demo sekarang ini seakan-akan dimonopoli oleh gerakan turun ke jalan? Ini adalah bawaan masa lalu setelah peristiwa tahun 1966, jatuhnya orde lama dan dimulainya orde baru. Saking terkenalnya peristiwa itu yang dimotori oleh para mahasiswa dengan cara turun ke jalan, dibiasakanlah istilah demo itu sampai sekarang. Sehingga, kalau sekarang orang menyebut demo, maka di benak kita otomatis tergambar para mahasiswa turun ke jalan.
Langkah kedua, sebagaimana yang telah dipahami oleh para mahasiswa adalah mengajukan izin atau pemberitahuan kepada pimpinan perguruan tinggi dan pihak Polri yang diteruskan dengan kordinasi mengenai tempat dan waktu.
Langkah ketiga, secara rapi menuju ke lokasi demo yang telah disepakati. Dalam proses ini diperhatikan kemungkinan penyusupan provokator dari luar. Bersamaan dengan itu Polisi telah ikut mengamankan dengan cara mendampingi. Dalam keadaan jumlah pendemo tidak terlalu masif, teknik mendampingi adalah sangat tepat untuk menghindari posisi berhadap-hadapan antara mahasiswa dan pihak pengamanan. Jika perlu, pimpinan mahasiswa atau korlap dan komandan pengamanan secara bersama bernyanyi atau meneriakkan yel-yel yang sehat dan bermartabat. Hal ini penting untuk membangun kebersamaan kedua belah pihak.
Langkah keempat adalah memperhatikan keamanan dan keleluasaan orang lain, yang mungkin berlalu lalang di tempat itu. Jangan sampai kebebasan yang diberikan oleh sistem demokrasi ini malah mengancam kebebasan orang lain. Jika ini terus terjadi, sama artinya pendemo merusak tatanan demokrasi yang ingin dibangun di negeri ini. Hindari kelakuan yang dapat membuat publik atau masyarakat umum sakit hati dan malah menjadi anti terhadap kegiatan demo. Jika ini terjadi, alih-alih ingin mendapat simpati dan dukungan publik, malah sebaliknya, anda akan menjadi common enemy atau musuh bersama.
Langkah Kelima adalah menyampaikan orasi, yang pokok pikirannya itu telah tertuang di dalam tulisan yang disiapkan tersebut. Sampaikanlah orasi itu dengan baik. Boleh dengan suara keras, tetapi tidak dalam kalimat caci maki dan dengan wajah yang beringas. Ingatlah bahwa mahasiswa lebih mengandalkan akal pikirannya ketimbang emosi. Langkah keenam, jika semua materi yang ingin disampaikan telah tuntas, sangat simpatik sekali anda bersalam-salaman, kalau perlu berpelukan dengan teman-teman atau bapak-bapak Polisi yang bertugas. Mereka yang bertugas itu sesuai perintah mengamankan dan mendampingi para pendemo. Mereka bekerja sesuai protap yang telah ditetapkan. Percayalah, jika materi yang anda sampaikan itu benar, masuk akal dan bermutu, apalagi bermanfaat bagi rakyat banyak, pasti pikiran dan hati Pak Polisi juga berpihak kepada anda.
Terakhir, dan ini tak kalah pentingnya adalah peranan Media. Demo yang benar dan indah ini akan terbiarkan begitu saja ditelan bumi jika Media mengabaikannya.
Langkah kedua, sebagaimana yang telah dipahami oleh para mahasiswa adalah mengajukan izin atau pemberitahuan kepada pimpinan perguruan tinggi dan pihak Polri yang diteruskan dengan kordinasi mengenai tempat dan waktu.
Langkah ketiga, secara rapi menuju ke lokasi demo yang telah disepakati. Dalam proses ini diperhatikan kemungkinan penyusupan provokator dari luar. Bersamaan dengan itu Polisi telah ikut mengamankan dengan cara mendampingi. Dalam keadaan jumlah pendemo tidak terlalu masif, teknik mendampingi adalah sangat tepat untuk menghindari posisi berhadap-hadapan antara mahasiswa dan pihak pengamanan. Jika perlu, pimpinan mahasiswa atau korlap dan komandan pengamanan secara bersama bernyanyi atau meneriakkan yel-yel yang sehat dan bermartabat. Hal ini penting untuk membangun kebersamaan kedua belah pihak.
Langkah keempat adalah memperhatikan keamanan dan keleluasaan orang lain, yang mungkin berlalu lalang di tempat itu. Jangan sampai kebebasan yang diberikan oleh sistem demokrasi ini malah mengancam kebebasan orang lain. Jika ini terus terjadi, sama artinya pendemo merusak tatanan demokrasi yang ingin dibangun di negeri ini. Hindari kelakuan yang dapat membuat publik atau masyarakat umum sakit hati dan malah menjadi anti terhadap kegiatan demo. Jika ini terjadi, alih-alih ingin mendapat simpati dan dukungan publik, malah sebaliknya, anda akan menjadi common enemy atau musuh bersama.
Langkah Kelima adalah menyampaikan orasi, yang pokok pikirannya itu telah tertuang di dalam tulisan yang disiapkan tersebut. Sampaikanlah orasi itu dengan baik. Boleh dengan suara keras, tetapi tidak dalam kalimat caci maki dan dengan wajah yang beringas. Ingatlah bahwa mahasiswa lebih mengandalkan akal pikirannya ketimbang emosi. Langkah keenam, jika semua materi yang ingin disampaikan telah tuntas, sangat simpatik sekali anda bersalam-salaman, kalau perlu berpelukan dengan teman-teman atau bapak-bapak Polisi yang bertugas. Mereka yang bertugas itu sesuai perintah mengamankan dan mendampingi para pendemo. Mereka bekerja sesuai protap yang telah ditetapkan. Percayalah, jika materi yang anda sampaikan itu benar, masuk akal dan bermutu, apalagi bermanfaat bagi rakyat banyak, pasti pikiran dan hati Pak Polisi juga berpihak kepada anda.
Terakhir, dan ini tak kalah pentingnya adalah peranan Media. Demo yang benar dan indah ini akan terbiarkan begitu saja ditelan bumi jika Media mengabaikannya.
sumber :
http://www.ubb.ac.id/indexkolomrektor.php?judul=DEMO%20YANG%20BENAR%20DAN%20INDAH&&nomorurut_rektor=37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar